Keluhan yang
dimaksud adalah perasaan agak cepat-capek. Tentunya keluhan seperti
disebut diatas tadi bisa merupakan keluhan banyak penyakit lainnya dan
bukan milik penyakit hepatitis virus saja. Oleh karenanya tidak terlalu
salah jika banyak penderita hepatitis B tidak mengetahui bahwa dirinya
sakit,
dan hanya datang
ketika penyakitnya sudah nyata dan tidak jarang sudah terlambat.
Kebanyakan penderita
datang secara kebetulan saja ketika mereka akan melamar pekerjaan,
melanjutkan sekolah, tugas dan bekerja diluar negeri, mendonorkan
darahnya, dll. Dimana mereka tadi diharuskan melaksanakan prosedur
check-up, termasuk pemeriksaan test darah SGPT, HBsAg (untuk hepatitis
B) dan sekarang sering ditambah pemeriksaan anti HCV (untuk hepatitis
C). Kemudian setelah ada hasilnya ternyata angka laboratoriumnya
menunjukkan SGPT dan SGPT yang meningkat lebih dari angka normal, atau
HBsAg dan anti HCV-nya positip salah satu atau bahkan bisa terjadi
kedua-duanya positip. Mereka kemudian dianjurkan untuk memeriksakan diri
lebih lanjut.
Sebaiknya anjuran untuk memeriksakan diri lebih lanjut dilaksanakan,
karena berbagai hal bisa saja terjadi; misalnya keadaan tersebut belum
tentu benar, jadi sebaiknya diulang. Atau bisa saja keadaan tersebut
diatas belum tentu permanen atau menetap, sehingga pada pemeriksaan
ulang ternyata negatip. Yang penting mereka tidak perlu panik dan
menjadi “sakit” sebelum ada vonis yang sebenarnya apa yang terfjadi. Dan
kalaupun benar positip tidak usah “stress”, karena sebenarnya peristiwa
ini sebenarnya bisa ditanggapi secara positip, suatu “blessing
indisguise”, justru harus diambil hikmahnya.
Jika saja keadaan tersebut
diatas tidak diketahui sekarang, dan yang bersangkutan tidak mengetahui
dalam masa yang panjang bahwa dirinya sakit, maka bukan tidak mungkin
mereka mengetahuinya justru sudah dalam keadaan yang sakit atau bahkan
terlambat. Jadi adalah sangat tepat dan sangat dianjurkan bahwa mereka
dapat melaksanakan pemeriksaan yang sesuai dengan pedoman dan protokol.
Dengan melaksanakan hal tersebut, para penderita diajak dan dibawa untuk
melaksanakan tindak lanjutan sesuat dengan tahap-tahap pemeriksaan dalam
pedoman dan protokol. Insya Allah kita dapat menyelamatkan para
penderita yang dalam kebetulan check-up ternyata positip dari bahaya
ketidak-tahuan (ignorance), sesuatu yang “kecil” yang bisa berdampak
besar dikemudian hari, jika tidak dilaksanakan.
Selain penyelenggaraan peñatalaksanaan penyakit (baca: pengobatan),
klinik hati juga menyelenggarakan upaya pencegahan penyakit. Misalnya
untuk pencegahan hepatitis B dan hepatitis A. Sudah sejak beberapa lama
untuk pencegahan hepatitis B dan hepatitis A sudah tersedia vaksinnya.
Dengan pemeriksaan yang sederhana dan tidak mahal dan mendapatkan
vaksinasi, maka InShaa Allah kita dapat terhindar dari terkena
infeksi virus hepatitis B atau hepatitis A. Upaya pencegahan dari
terjangkitnya penyakit tentunya lebih baik, dari pada sudah terlanjur
terkena penyakitnya. Karenanya adalah sangat baik apa bila seseorang
menyediakan waktu untuk mengadakan check-up. Dengan upaya check-up
seseorang bisa megetahui apakah dirinya telah terkena penyakit
(mengidap), apakah perlu diadakan pengobatan atau hanya perlu diawasi
sampai waktu tertentu sampai bisa dinyatakan aman, atau bisa berubah
menjadi aktip dan harus mendapatkan terapi atau keadaannya lebih baik
dan perlu upaya mengetahui cara-cara mencegah tertularnya oleh penyakit.
Untuk memeriksakan check-up hati atau “liver check-up” dapat
dilaksanakan bersama check-up umum.
Dengan mengadakan pemeriksaan check-up hati maka bagi yang sudah terkena
dapat dilakukan upaya pengobatan dan selanjutnya melaksanakan cara hidup
yang baik untuk menyembuhkan penyakit hatinya atau mencegah jangan
sampai penyakitnya berlanjut. Untuk penyakit hepatitis B dan C sekarang
ini telah ada obatnya. Memang tidak seratus % semua bisa disembuhkan
tetapi banyak yang bisa disembuhkan dan dicegah untuk penyakitnya
menjadi berat dan lanjut. Bagi yang belum terkena maka dapat diupayakan
apakah dirinya sudah aman dari terjangkit penyakit atau memerlukan
imunisasi untuk mencegah tertularnya oleh hepatitis B.
Bagi mereka yang sudah terkena penyakit hati menahun (hepatitis kronik,
sirosis hati kompensata, sirhois hati dekompensata dan penyakit kanker
hati), tentunya harus mengikuti cara-cara hidup yang menyesuaikan kepada
tingkat penyakitnya. Tentu saja sesuai dengan tingkat penyakitnya mereka
masih dapat melakukan pekerjaan sehari-harinya dan bahkan mungkin masih
sebagian besar dari para penderita tersebut diatas (penyakit hati
menahun tetap dizinkan untuk berolah raga). Harus dipilih olah raga yang
sesuai untuk penyakit hati. Diet bagi penyakit hati memegang peranan
penting, karena ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindarkan
atau dikurangi sampai batas yang dapat ditoleransi.
oo0oo
|